Kamis, 01 Juli 2010

Bijak Menyikapi Pendewasaan Diri Polri

64 tahun Kepolisian Republik Indonesia tahun ini, mungkin masih sama pengaruhnya dengan peringatan HUT tahun-tahun sebelumnya. Yang mana setiap tahun terus berganti, namun tetap saja proses perbaikan diri institusi penegakan hukum satu-satunya di Indonesia tercinta ini dalam perjalanan lamban menuju perbaikan diri.
Proses ke arah tujuan yang dimaksud terus dilakukan dari waktu ke waktu seiring kemajuan kinerja Polri yang belum lama ini telah berhasil pula mengurangi permasalahan terorisme di tanah air dengan banyak menangkap dan mengadili para pelaku tindak kriminal tersebut. Termasuk pembersihan oknum-oknum polisi bermasalah dalam institusi Polri sendiri.
Tugas utama Polri yang berpedoman pada pelayanan, perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat merupakan dasar dari sikap dan kepercayaan semua pihak terhadap kinerja Polri selama ini, dan diakui banyak juga prestasi membanggakan yang diraih dalam upayanya membentuk kesadaran bersama membangun bangsa dan negara ini lebih aman dan tentram.
Kekuatan Polri dibanding TNI memang tidak akan sama baik dari segi jumlah ataupun sifat tugas yang diembannya. Kerjasama dengan semua pihak terkait untuk lebih mengoptimalkan peran dan fungsi Polri beserta jajarannya dimasyarakat sangat diperlukan guna menjadikan negara ini lebih tertib, kondusif dan terkendali.
Pro kontra pada kenyataan bahwa Polri belum optimal dalam melaksanakan tugas sebagai abdi negara adalah teguran dan sekaligus harapan semua elemen masyarakat agar nantinya tercipta insan-insan kepolisian yang mampu dan profesional memberikan pelayanan terbaik bagi keutuhan pertahanan dan keamanan negara di bidang kamtibmas juga pelayanan sosial lainnya sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap proses pembangunan bangsa Indonesia seutuhnya.
Sosialisasi penegakan aturan hukum yang berlaku merupakan langkah strategis Polri untuk menumbuh kembangkan kesadaran bersama akan wibawa Polri di mata hukum terutama dalam kiprahnya menerapkan citra positif di masyarakat.
Kebijakan masyarakat untuk menilai pola kerja kepolisian RI tidak hanya didasari keluhan dan tuntuntan mereka selama ini, tapi harus difahami sebagai tolak ukur keberhasilan bagaimana menghasilkan sumber daya manusia yang mampu belajar dari kekurangan di masa lalu. Tidak hanya dari sisi kelembagaan tapi personality aparat kepolisian sendiri.
Masyarakatpun dituntut mengerti dan memahami tugas dan fungsi kepolisian yang sebenarnya agar terjalin satu kesepahaman antara hak dan kewajiban sebagai warga negara yang sama-sama berdasar pada UUD’45 dan Pancasila sebagai landasan hukum negara.
Oleh karena itu, dalam usianya yang ke 64 tahun, diharapkan semua pihak dapat lebih memberikan dukungan dan sumbangsih pemikiran guna membuka kesempatan seluas-luasnya kepada kepolisian untuk lebih dewasa dalam menjalankan peran serta fungsinya sebagai pengabdi masyarakat.
Benny K/ Satgiat Humas Pramuka Kota Bandung

Senin, 28 Juni 2010

Pramuka Jangan Lagi di Wilayah Sepi

Apabila menilik pada sejarah kepramukaan Indonesia yang cukup panjang, sebenarnya brand Pramuka sudah cukup bagus, memasyarakat,dan dikenal siapapun. Apalagi kepramukaan menjadi kegiatan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah. jadi, rasanya setip orang jika ditanya, apakah pernah mendengar nama Pramuka,pasti akan menyatakan ya. Meski memang,tidak semua bisa menjelaskan apa itu Pramuka.
Sesuai catatan sejarahnya, kepramukaan di negeri ini dimulai 1912 dengan bediri cabang “ Nederlandse Padvinders Organisatie” (NPO). Kemudian, berganti nama menjadi “Nederland-Indische Padvinders Vereeniging” (NIPV) pada tahun 1916. Sedangkan jadi usia kepanduan atau kepramukaan yang diprakarsai S.P Mangkunegara VII pada tahun 1916.Jadi usia kepanduan atau kepramukaan ini kalu dihitung sejak 1912 sudah berusia 98 tahun. Atau kalau dihitung sejak diresmikan Geraka Pramuka oleh Presiden Soekarno pada 14 agustus 1961, maka usia kepramukaan sudah hampir setengah abad.Karenanya tidak perlu khawatir nama Pramuka lantas tenggelam atau hilang. Apalagi keberadaanya dipayungi oleh aspek legal.
Namun persoalannya, apakah Pramuka atau Gerakan Pramuka dalam kekinian masih tetap menjadibagian yang membanggakan warga masyarakat ? Jika kembali melihat pada perjalanan sejarahnya, kepanduan atau kepramukaan tersebut pernah menjadi bagian yang membanggakan anggotanya,bahkan menjadi impian remaja aau pemuda untuk masuk pramuka. Terbukti banyak organisasi kemasyarakatan pada saat itu mendirikan kepanduan.Misalnya,organisasi kemasyarakatan pada saat itu mendirikan kepanduan. Misalnya, organisasi kemasyarakatan yang berbasis agama seperti Muhammadiyah dan NU, sempat membentuk kepanduan. Bahkan, organisasi kepanduan ini juga pernah menjadi bagian alat perjuangan sebagai pembentuk dan pemupuk rasa nasionalisme. pendeknya, saat itu yang masuk kepanduan merasa dirinya gagah dan bangga.
Sekarang, apakah rasa itu masih ada? Apakah masyarakat masih turut bangga pada altivis dan aktivitas kepramukaan atau malah tidak lagi memberi perhatian? Bahkan, yang kini dipertanyakan oleh pengurus Pramuka Kota Bandung sendiri, apakah Pramuka masih mendapat dukungan publikasi media massa? Padahal, dukungan pemberitaan tersebut masih dibutuhkan demi tegaknya citra pramuka di tengah masyarakat.
Bangun Relasi
Memang tidak bisa dipungkiri, intensitas pemberitaan pramuka kalah banyak dibandingkan dengan organisasi lain seperti LSM, partai, atau organisasi massa baru naik baik bentukan kalangan kampus maupun masyarakat. Gerakan Pramuka seolah menjadi organisasi yang berada di wilayah sepi. Tidak lagi bergaung dan gemanya nyaris tidak terdengar dibanding era 60-an dan 70-an.
Namun demikian, seandainya pertanyaan sepi dukungan media massa terhadap pramuka itu benar-benar ada atau sebuah fakta yang dirasakan, sesungguhnya sebuah keberuntungan. Ini artinya masih ada kesadaran pada diri aktivis kepramukaan untuk mencari solusi dan mengupayakan agar pramuka kembali mendapat tempat dalam kolom-kolom berita media cetak, layar-layar kaca media TV,dan audio media radio. Membangun hubungan lewat relasi media ini memang sesuatu yang penting, karena akan mendapat berbagai keuntungan.
Wiliam F. Arens (1999.310) mendifinisikan Public Relations: sebagai sebuah fungsi menajemen yang memfokuskan diri pada membangun/mengembangkan relasi serta komunikasi yang dilakukan individual maupu organisasi terhadap public guna menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.Publik yang dimaksud dari definisi di atas menurut Arens. Ada tujuh katagori public, yaitu para Employees, Steackholders, Communities, Media, Government, Investment Community, Customers.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa aktivitas Public Realitons berada pada kata menejemen relasi dan komunikasi yang berujung pada terciptanya hubungan baik dengan berbagai pihak demi meningkatkan pencitraan individu, perusahaan,ataupun organisasi. Dia akan meraih keuntungan dari produk yang dijual (kalau ini perusahaan). Karena memiliki citra yang baik. Mningkatkan kepercayaan public terhadap individu atau organisasi dalam menjalankan bisnis atau aktivitas sebuah organisasi.
Oleh karena itu, tidak dapat dipingkiri bahwa fungsi dan peranan public relations dianggap sebagai ujung tombak individu,prusahaan, atau organisasi yang berhadapa langsung dengan public, baik public yang bersentuhan langsung maupun tyang tidak dengan kepentingan-kepentingan mereka terhadap perusahaan atau organisasi.
Terhadap public yang tidak bersentuhan langsung pun tidak menutup kemungkinan uatu saat nanti sebuah informasi akan sampai di benak mereka. Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan dampaknya pada perkembangan media massa., memberikan peluang akses informasi kepada masyarakat luas.
Masalanya sekarang,apabila yang dibutuhkan oleh Pramuka dukungan media massa untuk pencitraan, memang harus dibangun.Sebagaimana diungkapkan Frank jefkins ( 1988:268) Citra perusahaan.lembaga.organisasi,bukan sesuatu yang tidak bisa diinvetarisasi.karenanya apabila masyarakat tidak mengetahui tentang citra perusahaan/lembaga/atau organisasi tersebut, memang bukan sesuatu yang salah karena citra itu sendiri tidak dibangun dan diperkenalkan kepada masyarakat.
Kolter,2006: menyebutkan, bahwa citra dapat diciptakan oleh prusahaan atau oragnisasi melalui beberapa elemen pembentuk : 1). Lambang (symbol, logo, slogan); 2). Ruang Fisik (lahan strategis, bentuk arsitektur gedung); 3). Event/sponsorship; 4). Media (cetak/elektronik).
Jika public sudah memiliki kesan baik terhadap sebuah perusahaan atau organisasi, maka akan tercipta citra perusahaan atau organisasi yang positif dalam benak public itu.
Lalu, ada apa dengan Pramuka,sehingga menjadi sepi dari perhatian media massa? Tentu ini harus diinventarisasi masalahnya.Sebab, bagaimana pun media meiliki kebijakannya sendiri-sendiri dalam menampilkan berita,misalnya apakah sebuah objek berita memiliki news value yang tinggi atau menarik.
Kita juga patut mengapresiasi apa yang diungkapkan Wakil Presiden Boediono,bahwa Gerakan Pramuka harus direvitalisasi.Sebab, gerakan pramuka adalah kegiatan yang dapat mendukung upaya pemerintah untuk membangun karakter bangsa sejak dini. Menurut Wapres,sekarang ini pramuka hanya bersifat massal dan murid sekolah memakai seragam tapi tidak punya kegiatan yang seius tentang pramukaatau kepanduan.
Mungkin lebih dari itu, Pramuka juga harus cerdas dan kreatif menciptakan event yang menarik yang mampu mencuri perhatian orang tanpa kehilangan esensinya sebagai pembangun karakter bangsa. Misalnya pada satu kegiatan, mengapa tidak mengundang public figure.Mereka bisa dari kalangan mana saja yang memang dia tengah menjadi perhatian. Teori ini dalam berita sesuai dengan apa yang disebut name make news (nama yang membuat berita). Tentu itu salah satu dan tentu saja ada aspek lain yang bisa dikembangkan.
Asep S Bakrie (Kepala Humas Pikiran Rakyat)

Minggu, 27 Juni 2010

Pramuka Kreatif Pencipta Lapangan Kerja


Seperti yang telah dinyatakan Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Jawa Barat, Yusuf Macan Efendi (Dede Yusuf) dalam isi sambutannya pada acara pelantikan dirinya sebagai Kakwarda Jabar periode 2010-2015 di Gedung Sate, 22 Juni 2010 lalu. bahwa seluruh anggota Gerakan Pramuka Jawa Barat diharap untuk selalu membantu program pemerintah daerah dalam memecahkan setiap permasalahan pembangunan dalam hal ini menyangkut kepentingan sumber daya manusia baik dibidang pendidikan dan pembinaan generasi muda maupun sebagai pencipta lapangan kerja.
Dirasakan dewasa ini, jumlah pencari kerja di Indonesia angkanya masih sangat tinggi dibanding lapangan kerjanya sendiri termasuk di jawa barat. Karena, rata-rata untuk lulusan baru setiap tahunnya baik dari SMA maupun Sarjana, mereka selalu berfikiran dengan masuk ke dunia perkantoran atau instansi pemerintah akan mendapatkan jaminan gaji yang setiap bulan mereka dapatkan termasuk bonus dan lain sebagainya.
Kecendrungan pola pikir yang seperti inilah masih tetap menghantui seluruh warga masyarakat bahwa bila mendirikan usaha atau wirausaha pasti membutuhkan modal besar dan kemampuan (skill) dibidang usaha yang nantinya akan dikerjakan. Memang diakui, upaya pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengentaskan pengangguran terus dilakukan tentunya dengan berbagai cara baik melalui balai latihan kerja maupun pinjaman permodalan kepada seluruh warga masyarakat yang berminat untuk membuka usaha. Namun, hal ini, belum menjadi obat mujarap bagi suksesnya pelaksanaan program pemerintah tersebut. Kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri dalam rangka memberikan kesempatan kerja bagi para pencari kerja selalu dilaksanakan. Salah satunya, pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Diakui pula diantara penghasil devisa terbanyak dalam negeri salah satunya berasal dari pendapatan tenaga kerja kita yang bekerja di luar negeri. Itulah sebabnya, betapa masyarakat lebih banyak memilih bekerja dengan penghasilan gaji dibanding menciptakan usaha sendiri. Sementara, dilain pihak pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah perusahaan swasta maupun nasional terus terjadi mengakibatkan jumlah warga masyarakat yang menjadi korban PHK selalu naik setiap tahunnya. Dan masalah ini, tidak hanya terjadi di satu daerah saja, tapi sejumlah daerah lainnya di Indonesia banyak mengalami hal yang sama.
Melihat kondisi masalah tersebut, akhirnya berdampak pada kurang sehatnya iklim ekonomi dalam negeri yang mana situasi sosial politikpun ikut menentukan sehat tidaknya perkembangan ekonomi saat ini dan yang akan datang.
Kini, yang terpenting untuk dilakukan adalah upaya kesadaran bersama antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat guna menciptakan lapangan-lapangan kerja kreatif di setiap daerah.Termasuk peran serta Gerakan Pramuka yang nota bene sebagai wadah pendidikan dan pembinaan kreatifitas dan kemandirian generasi muda. Sebab, melalui lembaga ini banyak sekali kesempatan bagi para anggotanya untuk mengembangkan potensi diri dan bakat di masing-masing bidang sesuai program kegiatan yang dijalankan.
Tersediannya anggaran dari APBN dan APBD bagi Gerakan Pramuka Jabar yang pada tahun 2010 ini naik menjadi 300%, diharapkan mampu memberikan peluang bersama untuk dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan dan pelatihan dasar pembentukan sumber daya manusia Pramuka kreatif pencipta lapangan kerja terutama bagi sesama anggota pramuka. Oleh sebab itu, menurut Kakwarda Jabar Dede Yusuf bahwa pramuka jabar harus menjadi yang terdepan dalam pengentasan pendidikan dan pengangguran tentunya lewat usaha-usaha kreatif berorientasi pada peningkatan kemampuan, pendapatan dan kesejahteraan bersama.
Diharapkan, Pramuka saat ini harus lebih maju dan berkembang bersama karya-karya terbaiknya di segala bidang dalam mewujudkan generasi penerus bangsa yang mampu mengangkat nama Indonesia menjadi nomor satu di mata dunia tanpa harus berputus asa akan kondisi global saat ini.
Benny K/Satgiat Humas Pramuka Kota Bandung





Kamis, 10 Juni 2010

Komunikasi Perdamaian Abad-21

Terkuaknya kembali tingkah laku biadab Israel terhadap para relawan perdamaian dunia yang tengah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza Palestina di laut internasional merupakan pukulan berat bagi kredibilitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang notabene sebagai badan perdamaian dunia sejak puluhan tahun lalu. Tidak sedikit kerugian lahir-bathin yang dialami Palestina sebagai negara terjajah kaum zionis sejak dimulainya pertikaian perebutan wilayah yang dianggap suci oleh kedua belah pihak dari tahun 1941. Bagaimana mereka sebagai warga pribumi dari awal terjadinya peristiwa terus berusaha mempertahankan tanah air tercinta walau nyawa diri sendiri, keluarga, dan saudara serta harta benda menjadi taruhannya. Sifat-sifat kedzaliman yang dimiliki kaum zionis Israel memang telah menjadi bagian dari kehidupan warga setempat sehari-hari. Sementara, didunia luar semangat menolak kekejaman Israel terus berkobar, unjukrasa menentang keberadaan mereka di tanah Palestina tidak pernah berhenti. Mulai dari anak-anak, remaja sampai orang tua turun ke jalan-jalan menyuarakan kutukan dan perdamian dunia anti perang walaupun disisi lain aksi unjukrasa tersebut diakhiri bentrokan dengan aparat keamanan.
Masyarakat dunia terutama di badan kemananan PBB memang sudah berupaya semaksimal mungkin menghentikan tindakan Israel melalui diplomasi politik luar negeri yang terus berusaha menduduki Palestina untuk dijadikan negara syah mereka. Sebab, dalam sejarahnya Palestinalah yang berhak atas tanah suci tersebut.
Kini, yang perlu disikapi adalah bagaimana masyarakat dunia dapat menciptakan komunikasi perdamaian di abad-21 ini. Peranan perkembangan teknologi menjadikan kemudahan dalam menjalankan misi perdamaian antar bangsa, isinya ialah kesepakatan bersama selain yang selama ini jalankan PBB melalui program-programnya, untuk saling menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara tanpa harus mengusik apalagi merusak tatanan kultur budaya masing-masing yang telah ada.
Konflik Palestina dan Israel mungkin salah satu contoh kasus permasalahan kemanusiaan yang tengah terjadi, yang mana dibelahan dunia lainnya masih banyak pula konflik-konflik kepentingan yang lebih parah kondisinya. Oleh sebab itu, jangan kita berfikiran pendek dalam menyikapi setiap masalah bangsa jadikankanlah sarana musyawarah untuk mufakat sebagai upaya penyelesaian terutama yang menyangkut kepentingan berbangsa dan bernegara. Kita semua tidak ingin generasi berikutnya lebih menderita karena alasan kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab atas perbuatannya.
Indonesia yang merupakan negara berkembang multi kultur di kawasan asia, saat ini dapat pula berperan penting sebagai duta komunikasi perdamaian dunia melalui beragam aktivitas kemanusiaan tanpa harus menyumbangkan senjata dan amunisi ke tiap negara bertikai. Jadikanlah bumi pertiwi yang bersemboyankan Bhineka Tunggal Ika ini sebagai tauladan bangsa-bangsa lainnya dalam hal kedamaian dalam perbedaan.
Isilah keseharian dunia ini dengan suasana penuh damai dan tentram diantara penghuninya agar alam semestapun dapat memberikan manfaat berarti yang diinginkan, tanpa harus murka karena ulah para penghuni dunia yang mengumbar hawa nafsu dalam menjalankan roda kehidupan.
Al-Qur’an sebagai pedoman penghayatan kaum muslim sudah jelas memberikan gambaran bagaimana umat manusia harus berlaku aman dan adil dengan sesamanya, agar tercipta kondisi dunia yang penuh kedamaian abadi.
Abad-21 ini, diharapkan menjadi perjalanan umat manusia dengan berbagai keyakinan dalam merevisi sejarah kehidupan sebelumnya, agar masadepan yang diidam-idamkan bersama dapat dijalankan dengan baik juga bermanfaat bagi semua.
Benny K


Kamis, 27 Mei 2010

Menuju Alam Pembaharuan

Anugerah yang diberikan Tuhan YME kepada bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar merupakan nilai positif untuk dijaga,dilestarikan dan dikembangkan lebih baik lagi sebagai wujud terimakasih atas segala pemberian-Nya kepada kita baik berupa kekayaan alam maupun sumber daya manusiannya. Tidak terbayangkan mulai dari Sabang sampai Merauke batas wilayah NKRI begitu tidak terhingga kekayaan yang kita miliki untuk dijadikan manfaat yang berguna bagi generasi penerus bangsa ini selanjutnya.
Dalam sejarah perjuangan bangsa, kita telah membaca betapa di masa lalu, para penjajah sangat menginginkan untuk dapat memiliki nusantara tercinta ini menjadi hak yang mereka harapkan. Kekuasaan yang mereka jalankan di tanah air ini selama ratusan tahun membuktikan bahwa negara kita memang terkenal kaya akan rempah-rempah dan hasil bumi lainya.Namun, perlahan kesadaran akan rasa nasionalisme yang tumbuh dalam diri seluruh rakyat bangsa kitalah yang mampu membendung dan menghilangkan keyakinan mereka untuk merebut negara ini sebagai pengakuan akan harta benda mereka seutuhnya.
Periode penyelamatan bangsa terus berlanjut, tanpa henti baik melalui jalur peperangan maupun diplomasi tingkat tinggi antar kedua belah pihak. Dengan hati tulus dan kobaran semangat para pendiri bangsa, menghembuskan angin segar kemerdekaan hakiki yang diidam-idamkan bersama bahwa bangsa kita jangan sampai jatuh ke tangan bangsa lain walaupun, artinya kita harus pula berkorban segalanya demi menyelamatkan aset besar simpanan bagi anak cucu kita.
Keinginan untuk maju dan berkembang terus di kumandangkan para cendikiawan nasional dari waktu ke waktu di segala bidang kehidupan. Pendidikan dan pembinaan kebangsaan serta bela negara menuntut kita untuk selalu berjuang melepaskan diri dari segala keterpurukan moral, mental dan pengetahuan serta ekonomi agar dalam tubuh bangsa ini dapat tumbuh kekuatan bersama membangun negara lebih baik lagi.
Kendala internal tidak mungkin ada, bila tidak ada penyebabnya. Proses pembangunan yang terprogram oleh pemerintah tidak akan bisa berjalan baik dan lancar tanpa adanya kerjasama utuh dari seluruh elemen rakyat yang terbingkai kedalam bhineka tunggal ika. Berbagai konflik kepentingan yang sering terjadi jangan menjadi sarana keputus asaan untuk selalu berbuat yang terbaik bagi keutuhan bangsa. Kini, harapan para pendahulu ada pada pundak generasi muda, dimana dari tangan mereka nantinya akan dihasilkan karya-karya berkualitas serta dapat diunggulkan. Alam penghayatan kebangsaan yang dirasakan nenek moyang kita dahulu, jangan diartikan sempit oleh kita sebagai kaum muda masa kini, perkembangan jaman dan teknologi di abad 21 ini dapat menjadi penunjang arah kemajuan positif menuju alam pembaharuan generasi berikutnya, tanpa harus merusak dan menghancurkan tatanan tradisi budaya bangsa yang telah ada dan mengakar.
Suara perdamaian di seluruh penjuru dunia harus selalu dikobarkan, oleh seluruh masyarakat dunia termasuk di dalam negeri kita. Landasan Pancasila yang telah menjadi pedoman bersama bukan berarti saat ini tidak berpengaruh kedalam proses pembangunan selanjutnya, tapi jadikanlah ke lima sila yang ada didalamnya seperti malaikat penolong kebangkitan persatuan dan kesatuan bangsa seutuhnya. Pembaharuan yang dicita-citakan nantinya akan menghasilkan karakter building kokoh menuju Indonesia baru di era yang baru.
Kurniawan/wartawan



Senin, 17 Mei 2010

Jadikan Bandung, Kota Lautan Pramuka

Kenangan akan peristiwa heroik Bandung Lautan Api (BLA) yang selalu rakyat Jawa Barat peringati setiap tanggal 24 Maret, saat ini telah berumur 64 tahun. bagi rakyat Jawa Barat sendiri kenangan tersebut, tidak akan pernah hilang dalam ingatan. Sebab, dari peristiwa inilah Bandung juga mempunyai catatan sejarah bagaimana rakyat dan para pejuang gigih berani untuk mempertahankan kemerdekaan agar tidak direbut kembali oleh para penjajah.
Upacara bendera, tabur bunga di taman makam pahlawan, dan pawai obor merupakan tanda penghormatan terhadap para pahlawan yang telah gugur sebagai balas jasa darma bakti mereka kepada seluruh rakyat jawa Barat khususnya kota Bandung yang telah rela berkorban tanpa pamrih baik harta, benda maupun jiwa demi menyelamatkan generasi berikutnya.
Dari peringatan 64 tahun inilah peristiwa sejarah Bandung Lautan Api, oleh Pemerintah Kota Bandung ingin dijadikan sebagai hari bersejarah nasional, sebab, dinilai sebagai salah satu rangkaian perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia yang bisa saja peringatannya dilaksanakan oleh daerah lain.
Kini,intinya momentum sejarah tersebut, harus dapat diselaraskan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, bagaimana upaya penyelamatan lebih difokuskan bagi para generasi muda penerus kemajuan bangsa. Karena, dari merekalah nantinya akan lahir tunas-tunas baru sebagai pembaharu pembangunan negara secara keseluruhan tentunya melalui berbagai bidang yang mereka kuasai.
Gerakan Pramuka sebagai salah satu lembaga pendidikan non formal di Indonesia yang melatih serta membina generasi muda dalam menumbuhkembangkan kemandirian adalah konsekuensi tuntutan dan harapan masyarakat dalam hal ini para orang tua dan para pendidik untuk menjadikan peran serta fungsi lembaga tersebut, dapat memberikan prestasi terbaik pembangunan sumber daya manusia seutuhnya yang diterjemahkan lewat beragam latihan dan pembinaan secara berkesinambungan. Oleh sebab itu, Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Bandungpun saat ini, terus berupaya menjadikan setiap kegiatan kepramukaan yang rutin diselenggarakan dapat memberikan manfaat besar dalam rangka menyelamatkan generasi muda kota Bandung dari pengaruh buruk pergaulan, serta ingin membuktikan kepada daerah lain bahwa kota Bandung dapat pula menjadi Kota lautan Pramuka yang artinya makin banyak para remaja masuk dan mengikuti kegiatan kepramukaan, makin banyak pula peluang Kota Bandung menjadi Kota Pramuka. Seperti yang sebelumnya pernah dicanangkan oleh Walikota Bandung, H.Dada Rosada,SH,MSi., selaku KaMabicab Gerakan Pramuka Kota Bandung.
Potensi-potensi inilah yang sebenarnya diinginkan oleh para orang tua terhadap anak-anaknya, tidak perlu lagi berkabung terlalu lama dalam kenangan sejarah. Tapi, isilah kemerdekaan dengan perjuangan selanjutnya, membangun tunas bangsa menjadi pahlawan-pahlawan baru yang berprestasi unggul dibidangnya masing-masing untuk mengukir sejarah baru tanpa harus terjerumus kedalam pergaulan bebas dan narkotika.
Kota Bandung yang merupakan salah satu kota tujuan pendidikan dan wisata di Indonesia, melalui kegiatan kepramukaan dapat memberikan warna tersendiri sebagai wadah kreativitas kaula muda disamping wadah komunitas kreatif lainnya. Oleh karena itu, dukungan serta sumbangan pikiran semua pihak tidak akan pernah tertampik demi kemajuan bersama membangun kota Bandung di segala bidang kehidupan.
Benny K/Satgiat Humas Kwarcab Pramuka Kota Bandung


Rabu, 05 Mei 2010

Kepahlawanan Perempuan Aceh

Kepahlawanan perempuan Aceh tetap menjadi sisi menarik untuk ditulis. Dizaman kolonial Belanda menguasai nusantara, H C Snouck Hurgronje malah membuat penelitian khusus tentang kehidupan rumah tangga di Aceh. Van Daalen juga melakukan hal yang sama.
Langkah itu kemudian juga diikuti H C Zentgraaff, mantan serdadu Belanda yang beralih menjadi wartawan perang dengan. Jabatan terakhirnya redaktur di harian Java Bode terbitan Batavia.
Dalam buku “Atjeh” Zentgraaff menyebutkan kematian Tgk Di Barat, salah seorang panglima perang Aceh. Indahnya kematian itu karena perempuan. Kisahnya, sejak tahun 1903, Tgk Di Barat, ulama Aceh Barat muncul secara menonjol dalam perang menentang Belanda.
Belanda memburunya hidup atau mati. Sembilan tahun kemudian, 22 Februari 1912, pasukan marsose pimpinan Letnan Behrens berhasil mengepung dan memberondong pasukan Tgk Di Barat. Pertempuran sengit terjadi.
Lengan kanan Teungku Di Barat tertembus peluru. Dengan serta merta karaben yang tak lagi mungkin dipegangnya, diserahkan kepada istrinya, sementara tangan kirinya mencabut rencong.
Setelah menerima karaben itu, istrinya berdiri di depan untuk melindungi Teungku Di Barat yang luka akibat tembakan. “Demikia, wanita itu tegak berdiri di depan suaminya, dan sebuah peluru bersuratan nasib kini meluncur, menembus tubuh wanita itu, kemudian menembus pula tubuh suaminya. Kedua mereka rebahlah dengan seketika. Akhir hayat yang berarti bagi keduanya syahid, yang telah memberikan rasa kebahagiaan, yang tak dapat diduga oleh siapapun betapa besar artinya. Ada beratus-ratus wanita Aceh seperti ini, bahkan boleh jadi ribuan jumlahnya. Dan mereka telah membangkitkan rasa hormat, pun juga pada militer kita,” tulis Zentgraaff.
Ia kemudian melanjutkan. “Beginilah berakhirnya hidup Teungku di Barat dan ulama terkemuka lainnya di Aceh yang lebih suka memilih syahid dari pada mèl (menyerah-red) kepada Belanda,” tulis Zentgraaff.
Di bagian lain bukunya Zentgraaff menulis “Comes ils tombent bien…en is er één volk op deze aarde dat de ondergang dezer heroike figuren nien met diepe vereering zou schrijven in het boek zijner historie?--Dan adakah suatu bangsa di bumi ini yang tidak akan menulis tentang gugurnya para tokoh heroik ini dengan rasa penghargaan yang sedemikian tinggi di dalam buku sejarahnya?” tanya Zentgraaff
Menurut Zentgraaff, wanita Aceh, sejak pertama orang mengenalnya, merupakan suatu pencerahan (openbaring) dari sifat-sifat pribadi maupun pengaruhnya. Sesudah Snouck Hurgronje membeberkan dalam bukunya tentang kehidupan rumah tangga Aceh, secara khas dan tajam, mulailah orang-orang mengadakan penelitian secara sistimatis mengenai wanita Aceh.


Dalam catatan Van Daalen, menurut Zentgraaff, wanita Aceh juga sering menjadi mata-mata handal untuk para pejuang Aceh. Belanda sendiri sering terjebak. Apalagi ketika beberapa petinggi Belanda dan opsirnya, memakai wanita Aceh untuk mempelajari bahasa dan adat istiadat Aceh, agar mudah menaklukkan dan melakukan diplomasi dengan para pejuang Aceh.
Ada pula beberapa wanita Aceh yang rela menjadi concubine (gundik) opsir-opsir Belanda. “Namun demikian, dalam hubungan bermuka dua seperti itu, wanita Aceh tidaklah luntur sifatnya. Mereka tetap menjalin hubungan-hubungan rahasia yang berakhir dengan pertumpahan darah,” tulis Zentgraaff.
Zentgraaff, mengutip sebuah pengalaman aneh dan unik terjadi pada salah seorang Kapten Belanda. Kapten tersebut telah mengambil seorang wanita Aceh sebagai gundiknya. Suatu hari Kapten tersebut pulang ke rumah, setelah melakukan patroli. Di belakang rumahnya ia melihat beberpa pejuang Aceh sedang duduk bercengkrama dengan gundiknya. Ia mengenal betul orang-orang dibelakang rumahnya itu sebagai pemberontak yang sudah berbulan-bulan dicarinya, tapi selalu lolos dari penyergapan.
Mereka bercengkrama dengan santai sambil minum limodane, menghisap cerutu cincin (cerutu nomor satu kala itu) milik kapten tersebut. Tanpa kikuk, para pejuang Aceh itu pun memberi hormat kepada Kapten tersebut. Kapten itu tidak bisa berbuat banyak, karena kalau diumumkan dalam rumahnya ada pejuang Aceh, namanya akan tercemar, dan bisa-bisa pangkatnya akan diturunkan.
Tak mau reputasinya hancur, ia pun membiarkan para pejuang Aceh itu menikmati makanan di rumahnya. “Karena itulah ia terpaksa bersikap bonne mine a mauvais jeu. Tak lama kemudian, berangkatlah para pejuang itu dari rumah kapten, sebelum berangkat tak lupa mereka membungkuk memberi hormat, seolah mengejek sang kapten. Kapten itu pun kemudian bersama pasukannya harus mengejar para pejuang itu berbulan-bulan dalam hutan belantara,” ulas Zentgraaff.
Belanda juga mengangkat tabik, kagum terhadap kepahlawanan perempuan Aceh tersebut dalam buku “Gedenboek van het korp Marechausse van Aceh en Onderhoorighheden.” Dalam salah satu bagian buku itu Belanda menulis. ’’De heldhaftigheid van den Atjeher, welke hij gedurende den Atjehoorlog aan den om legde bij den strijd om zijn land te verdedigen, heeft de eebied van de Merechausse’s afgedwongen en tevens hun bewondering voor zijn moed, doodsverachting, zelfopoffering en uithoudingsvermogen---Kepahlawanan orang Aceh yang diperlihatkannya masa perang Aceh dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan tanah airnya, telah menimbulkan rasa hormat dan kagum terhadap keberaniannya, sikap tak gentar menghadapi maut, pengorbanan diri dan daya tahannya.