Soetomo terlahir bernama asli Subroto di desa Ngepeh, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888. Saat akan masuk sekolah di Bangil nama Soebroto diganti menjadi Soetomo. Soetomo dibesarkan di keluarga yang berkecukupan, terhormat dan sangat memanjakannya. Selesai Sekolah Rendah Belanda di Bangil, terjadi pertentangan antara ayah Sutomo dengan sang kakek. Ayahnya R Soewaji ingin Sutomo masuk STOVIA agar jadi dokter. Sedangkan R Ng Singawijaya sang kakek menginginkan Sutomo menjadi pangreh praja . Soetomo sendiri akhirnya memilih kedokteran (STOVIA) dan resmi menjadi mahasiswa STOVIA . 10 Januari 1903,.
Setelah kuliah sekitar 7 tahun, Soetomo akhirnya lulus pada tahun 1911. Dr Soetomopun bekerja sebagai dokter pemerintah dan ditugaskan di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra.
Ketika belajar di STOVIA (Sekolah Dokter), ia bersama rekan-rekannya, atas saran dr. Wahidin Soedirohoesodo mendirikan Budi Oetomo, organisasi modem pertama di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908. Soetomo sendiri diangkat sebagai ketuanya. Tujuan organisasi ini adalah kemajuan nusa dan bangsa.
Tak hanya aktif di pergerakan. Semasa kuliah ini akivitas jurnalistik Soetomo juga mulai digeluti. Saat Boedi Oetomo berkembang, organisasi ini juga menerbitkan sejumlah media untuk kalangan terbatas. Salah satu media yang digagas Soetomo adalah majalah bulanan “Goeroe Desa”.
Penerbitan media oleh Soetomo makin berkembang saat Boedi Oetomo juga terjun di dunia politik. Pada tahun1920, Soetomo menerbitkan Koran “Boedi Oetomo” di Bandung dan Yogyakarta.
Kemudian pada tahun 1924, ia mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Selain itu, ISC juga menerbitkan surat kabar bulanan “Soeloeh Indonesia” dengan Dr Soetomo sebagai ketua merangkap pemimpin umum.
Sebagai media milik ISC, Soeloeh Indonesia menjadi tempat bagi anggota dan simpatisan menuangkan ide-ide nasionalisme dalam bentuk tulisan serta memuat berita dan keputusan-keputusan perkumpulan.
Untuk lebih menyatukan organisasi, Soeloeh Indonesia akhirnya dilebur dengan majalah milik ISC Bandung hingga menjadi “Soeloeh Indonesia Moeda”. Majalah ini pun menjadi mimbar propaganda idealisme kedua studie club ini.
Pada 16 Oktober 1930, bersama pengurus lain, Soetomo sepakat menghapus ISC dan mengubah namanya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Pada 30 Agustus 1931, diteritkan harian Soeara Oemoem menggantikan Soeloeh Indoneia Moeda.
Di bawah kepemimpinan Soetomo, sejumlah mediapun lahir. Selain Soeara Oemoem, juga diterbitkan Tempo di Yogyakarta, Panebar Semangat di Surabaya dan Pedoman tahun 1936.
Tak hanya menerbitkan media. Soetomo juga memegang jabatan sebagai ketua perkumpulan para pengelola surat kabar. Selain menjabat sebagai direktur surat kabar, Soetomo juga seorang jurnalis. Ia banyak menulis di sejumlah media yang diterbitkan. Tulisannya terkenal tajam dan tersusun rapi. Hingga akhir hayatnya, Soetomo juga terus bergelut di dunia jurnalistik.
Setelah menderita sakit selama beberapa bulan, Soetomo akhirnya menghembuskan nafas terakhir 30 Mei 1938. Seluruh penduduk Kota Soerabaia mengantar saat pemakaman Soetomo di Gedung Nasional Indonesia (GNI) Jl Bubutan. (hng)
Setelah kuliah sekitar 7 tahun, Soetomo akhirnya lulus pada tahun 1911. Dr Soetomopun bekerja sebagai dokter pemerintah dan ditugaskan di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra.
Ketika belajar di STOVIA (Sekolah Dokter), ia bersama rekan-rekannya, atas saran dr. Wahidin Soedirohoesodo mendirikan Budi Oetomo, organisasi modem pertama di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908. Soetomo sendiri diangkat sebagai ketuanya. Tujuan organisasi ini adalah kemajuan nusa dan bangsa.
Tak hanya aktif di pergerakan. Semasa kuliah ini akivitas jurnalistik Soetomo juga mulai digeluti. Saat Boedi Oetomo berkembang, organisasi ini juga menerbitkan sejumlah media untuk kalangan terbatas. Salah satu media yang digagas Soetomo adalah majalah bulanan “Goeroe Desa”.
Penerbitan media oleh Soetomo makin berkembang saat Boedi Oetomo juga terjun di dunia politik. Pada tahun1920, Soetomo menerbitkan Koran “Boedi Oetomo” di Bandung dan Yogyakarta.
Kemudian pada tahun 1924, ia mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Selain itu, ISC juga menerbitkan surat kabar bulanan “Soeloeh Indonesia” dengan Dr Soetomo sebagai ketua merangkap pemimpin umum.
Sebagai media milik ISC, Soeloeh Indonesia menjadi tempat bagi anggota dan simpatisan menuangkan ide-ide nasionalisme dalam bentuk tulisan serta memuat berita dan keputusan-keputusan perkumpulan.
Untuk lebih menyatukan organisasi, Soeloeh Indonesia akhirnya dilebur dengan majalah milik ISC Bandung hingga menjadi “Soeloeh Indonesia Moeda”. Majalah ini pun menjadi mimbar propaganda idealisme kedua studie club ini.
Pada 16 Oktober 1930, bersama pengurus lain, Soetomo sepakat menghapus ISC dan mengubah namanya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Pada 30 Agustus 1931, diteritkan harian Soeara Oemoem menggantikan Soeloeh Indoneia Moeda.
Di bawah kepemimpinan Soetomo, sejumlah mediapun lahir. Selain Soeara Oemoem, juga diterbitkan Tempo di Yogyakarta, Panebar Semangat di Surabaya dan Pedoman tahun 1936.
Tak hanya menerbitkan media. Soetomo juga memegang jabatan sebagai ketua perkumpulan para pengelola surat kabar. Selain menjabat sebagai direktur surat kabar, Soetomo juga seorang jurnalis. Ia banyak menulis di sejumlah media yang diterbitkan. Tulisannya terkenal tajam dan tersusun rapi. Hingga akhir hayatnya, Soetomo juga terus bergelut di dunia jurnalistik.
Setelah menderita sakit selama beberapa bulan, Soetomo akhirnya menghembuskan nafas terakhir 30 Mei 1938. Seluruh penduduk Kota Soerabaia mengantar saat pemakaman Soetomo di Gedung Nasional Indonesia (GNI) Jl Bubutan. (hng)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar