Salah satu kesenian rakyat yang boleh dibilang masih kuat bertahan ditengah hiruk pikuknya budaya seperti sekarang ini adalah Doger Monyet. Memang dalam perjalanan berkeseniannya doger monyet ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat terutama masyarakat di daerah perkotaan. Sebab, setiap hari pasti sering dijumpai baik diperempatan jalan, pusat-pusat keramaian, dan sejumlah tempat lainnya mereka selalu muncul dan beraksi dengan menggunakan media binatang seekor monyet sebagai ikon yang telah dilatih khusus untuk menari dan berjoget layaknya manusia sambil berganti penampilan diiringi seperangkat tetabuhan dari sang pawang.
Keberadaan kelompok kesenian doger monyet ini, dirasakan makin hari makin bertambah seiring jumlah kepadatan penduduk kota yang terus meningkat dari waktu ke waktu dan mayoritas mereka banyak bermukim di sekitar pinggiran kota. Penghasilan perhari merekapun dari hasil mendoger biasanya jauh dari dasar perkiraan, rata-rata hanya dapat menutupi untuk keperluan makan dan bertahan hidup.
Selain kesenian doger monyet masih ada lagi sejumlah penghibur jalanan seperti para pengamen yang terus setia menghibur serta menemani masyarakat dari pinggiran jalan. Mereka seperti tidak pernah mengenal lelah untuk mencari sesuap nasi dengan kemampuan yang apa adanya, tetap menjalankan profesi walau beban hidup terasa berat dan terus bertambah.
Sepintas kesenian doger monyet ini hanyalah salah satu jenis hiburan murah dan tidak bermutu. Namun, bila diperhatikan lebih dalam bagaimana si pawang memandu seekor monyet kesayangannya dalam melakukan atraksi menggunakan alat-alat yang sering dipakai manusia sehari-hari dengan begitu lincah dan aktraktif.
Melihat fenomena ini, sepertinya semua pihak harus lebih menyikapinya dengan arif dan bijaksana terutama bagi pemerintah, para seniman dan budayawan, serta masyarakat yang peduli akan kelestarian seni budaya bagaimana nantinya kesenian rakyat yang sudah tergolong terpinggirkan ini dapat lebih bernilai seni ditengah pengaruh budaya asing yang lebih banyak menonjol di negeri ini dibanding kekayaan budaya bangsa sendiri.
Komunikasi yang disampaikan pada setiap pertunjukan doger monyet seharusnya dapat memberikan pemahaman bagi kita sebagai insan manusia akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan YME kepada semua mahluk ciptaanya bahwa seekor binatang seperti monyet dan yang lainnyapun dapat menuruti perintah si pawang untuk melakukan apa yang sering manusia lakukan seperti dalam pertunjukan sirkus dan lain sebagainya.
Sebelumnya, binatang-binatang tersebut memang sudah dipersiapkan sejak kecil untuk dapat memainkan berbagai macam atraksi memukau, tentunya melalui proses latihan yang terbilang cukup sulit dan lama. Namun, kadangkala kita juga sering jumpai di beberapa daerah, binatang yang satu ini malah menjadi sasaran buruan para pemburu liar untuk dijadikan santapan manusia, terbukti di sejumlah rumah makan ada yang masih menyajikan aneka masakan berasal dari daging monyet atau binatang lainnya. Bahkan lebih kejam lagi terutama dari jenis binatang langka mereka berani mengambil kulit dan gadingnya saja yang seterusnya dijual secara ilegal ke luar negeri tanpa mempedulikan peraturan hukum yang berlaku.
Oleh karena itu, menyikapi hal tersebut, berbagai upaya terus dilakukan baik oleh pemerintah melalui dinas terkait lembaga pelestarian lingkungan hidup dalam maupun luar negeri yang peduli terhadap kelestarian dan kelangsungan hidup beragam fauna tersebut dengan cara pengembangbiakan satwa langka lewat karantina atau penangkaran.
Benny K
Selain kesenian doger monyet masih ada lagi sejumlah penghibur jalanan seperti para pengamen yang terus setia menghibur serta menemani masyarakat dari pinggiran jalan. Mereka seperti tidak pernah mengenal lelah untuk mencari sesuap nasi dengan kemampuan yang apa adanya, tetap menjalankan profesi walau beban hidup terasa berat dan terus bertambah.
Sepintas kesenian doger monyet ini hanyalah salah satu jenis hiburan murah dan tidak bermutu. Namun, bila diperhatikan lebih dalam bagaimana si pawang memandu seekor monyet kesayangannya dalam melakukan atraksi menggunakan alat-alat yang sering dipakai manusia sehari-hari dengan begitu lincah dan aktraktif.
Melihat fenomena ini, sepertinya semua pihak harus lebih menyikapinya dengan arif dan bijaksana terutama bagi pemerintah, para seniman dan budayawan, serta masyarakat yang peduli akan kelestarian seni budaya bagaimana nantinya kesenian rakyat yang sudah tergolong terpinggirkan ini dapat lebih bernilai seni ditengah pengaruh budaya asing yang lebih banyak menonjol di negeri ini dibanding kekayaan budaya bangsa sendiri.
Komunikasi yang disampaikan pada setiap pertunjukan doger monyet seharusnya dapat memberikan pemahaman bagi kita sebagai insan manusia akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan YME kepada semua mahluk ciptaanya bahwa seekor binatang seperti monyet dan yang lainnyapun dapat menuruti perintah si pawang untuk melakukan apa yang sering manusia lakukan seperti dalam pertunjukan sirkus dan lain sebagainya.
Sebelumnya, binatang-binatang tersebut memang sudah dipersiapkan sejak kecil untuk dapat memainkan berbagai macam atraksi memukau, tentunya melalui proses latihan yang terbilang cukup sulit dan lama. Namun, kadangkala kita juga sering jumpai di beberapa daerah, binatang yang satu ini malah menjadi sasaran buruan para pemburu liar untuk dijadikan santapan manusia, terbukti di sejumlah rumah makan ada yang masih menyajikan aneka masakan berasal dari daging monyet atau binatang lainnya. Bahkan lebih kejam lagi terutama dari jenis binatang langka mereka berani mengambil kulit dan gadingnya saja yang seterusnya dijual secara ilegal ke luar negeri tanpa mempedulikan peraturan hukum yang berlaku.
Oleh karena itu, menyikapi hal tersebut, berbagai upaya terus dilakukan baik oleh pemerintah melalui dinas terkait lembaga pelestarian lingkungan hidup dalam maupun luar negeri yang peduli terhadap kelestarian dan kelangsungan hidup beragam fauna tersebut dengan cara pengembangbiakan satwa langka lewat karantina atau penangkaran.
Benny K
Tidak ada komentar:
Posting Komentar