Minggu, 25 Juli 2010

Cinta Di Ujung Penantian

Sang mentari sudah mulai bergerak tenggelam di ujung ufuk timur, ketika aku masih sadarkan diri untuk memandangi lautan lepas dihadapanku yang ujungnya tak pernah ku tahu dimana. Kedua bola matakupun tidak pernah bisa melihat lebih jauh sampai dimana batas ujung dunia itu sebenarnya. Begitupun dengan pikiran dan perasaanku selama ini, dengan sabar menanti seorang pujaan hati yang dulu sempat melabuhkan cintanya dihati dan kehidupanku.
Tempat tinggalku memang tidak jauh dari tepian laut ini, dan sudah menjadi bagian dari keseharianku untuk selalu melihat mentari di waktu senja hari turun tenggelam secara perlahan meninggalkan siang dan segera memunculkan malam yang penuh dengan cahaya bulan dan bertaburnya gemerlap bintang. Itulah, yang kusuka dari salah satu kebesaran Allah yang maha kuasa diatas bumi ini dapat mengatur waktu dengan sempurna tanpa pernah tertukar satu dengan lainnya.
Kenangan kisah ini, sebenarnya ingin ku kubur dalam-dalam dari dasar hatiku untuk selama-lamanya bersama dengan gambar dirinya yang selalu kubawa kemana-mana dalam buku harianku dimana tertulis pula dalam sehelai foto bernama lengkap Setia Arjuna yang menjadikanku selalu teringat akan dirinya dan perjalanan kisah kasih kami setahun yang lalu. Sebelumnya, memang telah ku ramalkan suatu hari akan terjadi perpisahan antara aku dan dia, walau menurutnya hubungan kita tak kan pernah terpisahkan oleh jarak dan waktu sampai kapanpun dan ia berjanji akan kembali bersama pinangan untuk menjalin ikatan tali pernikahan denganku.
Sadar ataupun tidak, perpisahan itu bakal terjadi dan diantara kami hanya dapat saling mendo’akan ketika tahu bahwa ia adalah seorang wartawan yang akan dikirim untuk bertugas ke kancah peperangan bersama belasan wartawan lainnya. Sementara, orang tuaku yang mengetahui hubungan kami, selama ini merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan hatiku. Namun, mereka tak bisa berbuat apa-apa.
Kini, kumengerti dan pahami betapa beratnya tugas sebagai seorang jurnalis harus meliput dan mengabadikan setiap peristiwa dimanapun berada agar dapat dijadikan sebuah berita penting bagi dunia dan tak terbayangkan bila terjadi sesuatu disana dan saat kembali ia yang kuharapkan mungkin hanya tinggal nama saja. Tapi, semua kekhawatiran itu, ku tepis jauh-jauh dengan doa’a sepanjang malam dalam shalat tahajudku agar dia disana tidak mendapatkan satu halangan apapun selamat sampai kembali.
Kesendirianku sebagai seorang guru agama bernama Rachmawati di sebuah Sekolah Dasar dekat tempat tinggalku memang selalu terobati acap kali melihat canda riang mereka murid-muridku yang lugu ketika sedang berlarian di halaman sekolah sepulang mereka menuntut ilmu dan ku akui, bahwa sekolah ini merupakan rumah kedua setelah rumahku.
Orang tuaku sama seperti penduduk laki-laki lainnya di kampung ini, berprofesi sebagai nelayan yang kesehariannya turun ke laut mengurusi tangkapan ikan dan menjualnya, selebihnya mengaji di surau dan membuat jala ikan. Akupun mulai mengenalnya tatkala, Ia mendatangi ayahku untuk diwawancarai seputar pekerjaannya sampai akhirnya berlanjut pada kisah cintaku ini berujung dengan penantian dan semoga Tuhan Yang Maha Besar membawanya kembali menjadi kekasihku yang abadi bersama kebahagiaan.
Benny K


Tidak ada komentar:

Posting Komentar