Senin, 05 Juli 2010

Mashudi

Dr (HC) Mashudi adalah Pahlawan Nasional Letjen TNI (Purn) H Mashudi , mantan Gubernur Jawa Barat (1960-1970) dan mantan Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka (1978-1993), meninggal dunia ) Rabu 22 Juni 2005 pukul 11.10 WIB di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Jenazah tokoh Pramuka kelahiran Garut 11 September 1920, itu dikebumikan Kamis 23 Juni 2005 pukul 10.00 WIB di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung, Jawa Barat.
Sesepuh masyarakat Jawa Barat yang pernah menjabat Wakil Ketua MPRS (1966-1970) itu pada 19 Juni 2005 berangkat dari Bandung menuju Jakarta untuk menghadiri pemilihan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Namun, di tengah perjalanan ia mengalami serangan jantung dan dilarikan ke RS PMI Bogor. Karena kondisinya tidak membaik, kemudian Selasa (21/6) dibawa ke RSPAD. Namun tidak tertolong dan meninggal dunia dalam usia 86 tahun.
Kemudian, jenazahnya dalam peti jenazah yang diselimuti bendera merah putih dibawa ke rumah duka di Jln. Ir. H. Juanda 115 Bandung dengan pengawalan militer, Rabu (22/6)
Dia seorang tokoh yang aktif dalam dunia kepanduan. Lulusan Technische Hogeschool, Bandung, itu dikenal sangat dekat di hati anak-anak muda. Dia telah aktif dalam jabatan struktural Gerakan Pramuka sejak 1961, sebagai Ketua Majelis Pembimbing Pramuka Jawa Barat, tatkala dia menjabat Gubernur Jabar (1960-1970).

Dia pun sempat menjabat Wakil Ketua MPRS (1967-1972). Kemudian 1974, dipercaya menjadi Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jabar dan ditunjuk menjadi Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka. Lalu sempat menjabat Pjs Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka menggantikan Sarbini (1974-1978. Dalam Munas Gerakan Pramuka di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 1978, dia terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka hingga 1993. Mashudi , ayah dua anak dari hasil perkawinannya dengan Ny Yetty Rochyati, ini seorang tokoh yang sangat peduli pada pendidikan. Tokoh yang sangat disiplin ini antara lain berjasa besar kepada UPI. Dia menjadi dewan penyantun UPI selama puluhan tahun. Bahkan, dalam keadaan sakit, dia berusaha untuk ikut dalam pemilihan rektor UPI.
Dia selalau berpesan agar berpikir untuk masa depan! Menurutnya, orang akan cepat pikun jika selalu berpikir masa lalu. Prinsip hidup anak keenam dari 11 bersaudara pun sederhana. Prinsip itu dia terima dari ayahnya, Masdan Nataatmadja, yang selalu menekankan tidak akan mewariskan harta, tetapi akan mewariskan ilmu kepada anak-anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar