Kamis, 15 Juli 2010

Wayang Dalam Balutan Budaya Jaman

Sejak ratusan tahun lalu kesenian wayang telah menjadi salah satu bagian dari kehidupan spiritual masyarakat kita. Terbukti pada sejarahnya kehadiran kesenian wayang dimulai dari perjalanan para wali Allah dalam mensyiarkan agama Islam di seluruh pelosok tanah jawa.
Sosok wayang sendiri merupakan penjelmaan pribadi setiap lakon yang dimainkan baik menurut sifat maupun prilaku mahluk tuhan berwujud manusia yang dibuat dalam bentuk wayang golek berasal dari kayu dan wayang kulit berbahan baku kulit sapi. Cerita yang dimainkannyapun beragam kisah dan peristiwa disesuaikan dengan waktu, tempat serta zamannya, dimana awal sampai akhir cerita biasanya berujung pada dua kondisi sedih dan gembira. Namun, ditengah cerita para penonton dihibur pula dengan penampilan sejumlah tokoh punakawan yang turut menceriakan perjalanan kisah agar menjadi menarik tidak membosankan.
Pola pengajaran Islam oleh para wali melalui media pertunjukkan wayang diibarakat sebagai sebuah langkah strategis penyebarluasan pemahaman dasar-dasar islam kepada umat dengan cara yang lebih sederhana. Namun, memberikan pengaruh kuat bagi pengertian mereka dalam memahami islam sebagai agama wahyu yang rahmatan lil allamin.
Seiring perjalanan waktu, Seni budaya rakyat inilah yang dapat menembus jaman hingga hari ini, hiruk pikuknya ragam budaya yang ada di nusantara memberikan warna tersendiri dari hasil karya cipta para seniman terdahulu untuk memberikan sumbangsih pemikiran dan filosofi hidup mereka lewat kerajinan ukiran kayu dan kulit yang dipadupadankan bersama alunan musik gamelan.
Konon, penokohan wayang dapat bertindak pula sebagai satu pedoman dan penunjuk arah pada kebenaran dalam menjalani hidup. Tidak jarang diantara para penyuka atau penggemar wayang mengkoleksinya untuk dijadikan simbol sebuah kekuatan batin bagi mereka.
Upaya untuk melestarikan khazanah budaya lokal ini, tidak berhenti pada pertunjukkan wayang saja. Tapi, memberi kesempatan seluas-luasnya bagi para perajin kayu maupun kulit untuk mengukir inovasi-inovasi baru dalam bentuk yang lain. Namun, tidak meninggalkan ciri khas serta nilai estetikanya.
Adakalanya, kita sebagai bangsa berbudaya sempat tertegun bila melihat atau menyaksikan hasil karya cipta dari negara lain lebih baik bentukan fisik maupun audio visualnya tentang kebudayaan mereka. Terkadang di satu sisi kitapun malah menjadi korban dari pengaruh negatif kebudayaan tersebut. Oleh sebab itu, peran serta para seniman dan budayawan dalam hal ini yang bertindak selaku ‘ulama’ dari setiap karya seni lokal beserta pihak terkait lainnya tetap mengupayakan jalan keluar terbaik agar setiap karya seni yang tersebar di seluruh nusantara ini tidak cepat luntur apalagi lekang di telan zaman.
Keinginan untuk melestarikan dan mengembangkan hasil karya budaya lokal saat ini memang dirasakan gencar dilakukan pemerintah pusat dan daerah melalui even-even kesenian rakyat serta pameran produk kerajinan lokal hasil dari para perajin nusantara bekerjasama dengan pihak swasta. Diakui diantara sekian banyak produk lokal yang tumbuh sebagian berkualitas eksport. Diharapkan, nantinya diperoleh kesadaran bersama untuk lebih mendidik dan membina para perajin dan pengusaha kerajinan guna meningkatkan nilai tambah usaha mereka kelak.
Benny K

Tidak ada komentar:

Posting Komentar